Rhinitis Allergy/ Pilek Alergi
Pilek Alergi
Pendahuluan
Rinitis alergi adalah kondisi inflamasi pada mukosa hidung yang dipicu oleh paparan alergen pada individu yang sensitif. Kondisi ini memiliki hubungan erat dengan hipertrofi concha, yaitu pembesaran abnormal dari struktur benjolan di dalam rongga hidung. Pemahaman mendalam tentang hubungan ini sangat penting dalam manajemen efektif pasien Telinga, Hidung, dan Tenggorokan.
Gejala dan Diagnosis
Manifestasi Klinis
Gejala rinitis alergi meliputi:
Rhinorrhea (hidung berair)
Obstruksi nasal (hidung tersumbat)
Bersin-bersin
Pruritus nasal (gatal pada hidung)
Kongesti sinus (peradangan pada sinus)
Hiposmia (penurunan kemampuan penciuman)
Pada kasus yang parah, pasien mungkin mengalami:
Gangguan tidur
Kelelahan kronis
Penurunan kualitas hidup secara signifikan
Metode Diagnosis
Anamnesis: Riwayat medis detail, termasuk pola gejala dan faktor pencetus.
Pemeriksaan Fisik: Evaluasi mukosa hidung, concha, dan struktur anatomi lainnya.
Tes Alergi:
Skin Prick Test: Metode cepat untuk mengidentifikasi alergen spesifik.
Serum IgE Spesifik: Pengukuran antibodi IgE terhadap alergen tertentu dalam darah.
Nasal Endoskopi: Visualisasi langsung struktur internal hidung, termasuk hipertrofi concha.
CT Scan Sinus: Untuk kasus kompleks atau suspek komplikasi sinusitis.
Tingkat Keparahan Rinitis Alergi
Ringan:
Gejala tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
Tidur normal
Tidak ada gangguan kerja atau sekolah
Sedang:
Gejala mengganggu aktivitas sehari-hari
Gangguan tidur ringan
Sedikit mengganggu kerja atau sekolah
Berat:
Gejala sangat mengganggu aktivitas sehari-hari
Gangguan tidur signifikan
Penurunan produktivitas kerja atau sekolah yang nyata
Alergen Utama dan Dampaknya
1. Tungau Debu Rumah (House Dust Mites)
Tungau debu rumah, terutama spesies Dermatophagoides pteronyssinus dan D. farinae, merupakan alergen indoor paling signifikan. Mereka berkembang biak dalam:
Kasur
Karpet
Furnitur berlapis kain
Protein dari tubuh dan feses tungau ini dapat memicu reaksi alergi yang intens.
2. Kulit Manusia dan Bulu Hewan
Dander, yang terdiri dari sel kulit mati dan protein sekresi kelenjar, dapat menjadi alergen potent. Sumber utama meliputi:
Kucing
Anjing
Serpihan kulit manusia
Manajemen dan Pencegahan
Protokol Pencegahan Alergen
Kontrol Lingkungan:
Gunakan cover anti-tungau untuk kasur dan bantal, kasur tidak boleh kapuk
Ganti sprei seminggu 2 x
Gunakan vacuum cleaner dengan filter HEPA
Jaga kelembaban ruangan di bawah 50%, dengan penggunaan AC sekitar 25 derajat.
Filtrasi Udara:
Pasang filter HEPA pada AC atau gunakan air purifier
Ganti filter secara teratur sesuai rekomendasi produsen
Manajemen Hewan Peliharaan:
Batasi akses hewan ke kamar tidur
Mandikan hewan peliharaan secara teratur
Pertimbangkan penggunaan air purifier khusus untuk alergen hewan
Terapi Farmakologis:
Antihistamin oral
Kortikosteroid intranasal
Antagonis reseptor leukotrien
Imunoterapi Alergen Spesifik:
Sublingual atau subkutan
Efektif untuk kasus yang tidak responsif terhadap terapi konvensional
Manajemen Hipertrofi Concha
Terapi Konservatif:
Dekongestan topikal (penggunaan jangka pendek)
Prosedur Minimal Invasif:
Radiofrequency turbinate reduction/ concha reductie
Cryotherapy
Pembedahan:
Turbinoplasty/ Conchoplasty
Partial turbinectomy (pada kasus yang sangat parah)
Kesimpulan
Manajemen rinitis alergi yang efektif membutuhkan pendekatan holistik, melibatkan kontrol lingkungan, terapi farmakologis, dan dalam beberapa kasus, intervensi bedah. Pemahaman mendalam tentang patofisiologi, termasuk hubungannya dengan hipertrofi turbinate nasal, sangat penting untuk perawatan optimal pasien THT.