Parasit pada Otot

TRICHINELLA SPIRALIS

Larva Trichinella spiralis pada otot seran lintang

Penyakit: Trichinosis, Trichinelliasis atau Trichinellosis

Distribusi Geografis: Kosmopolitan

Habitat: Cacing dewasanya hidup parasitik pada mukosa usus halus (duodenum/jejunum) atau menembus kripta-kripta usus dari definitif hostnya (babi, tikus, manusia).

Larva yang dikeluarkan cacing betina setelah kopulasi, dapat ditemukan berada dalam otot bergaris dan membentuk kista.

Morfologi dan Siklus Hidup: Cacing dewasa: Merupakan nematoda terkecil yang menginfeksi manusia.

Jantan : Panjang 1,4 - 1,6 milimeter diameter 0,04 mm Bagian anterior lebih ramping dan berisi stichosome oesophagus. Ujung posterior lebih tumpul dan mempunyai 2 conical papillae. Cacing jantan jarang dapat ditemukan karena biasanya mati sesudah kopulasi.

Betina : Panjang 3-4 milimeter, diameter 0,06 milimeter Bagian anterior lebih ramping dibandingposterior. Vulva terletak 1/5 bagian anterior tubuh. Betina yang gravid nampak mengandung larva dalam uterusnya. Cacing betina berumur lebih panjang daripada yang jantan (5-7 minggu).

Larva Trichinella spiralis

Larva Trichinella spiralis di otot - Panjang kurang lebih 100 mikron, tinggal melingkar di dalam kista dalam otot bergaris. Arah kista biasanya sejajar dengan serat longitudinal otot, dan terutama pada otot-otot yang aktivitasnya tinggi (kadar glycogen rendah) seperti: otot diagfragma, m. deltoideus, m. gastrocnemius, m. pectoralis major, m. intercostalis dsb.

Kista terbentuk dari hasil reaksi jaringan host terhadap parasit.

Di dalam kista larva tumbuh terus dan mengadakan deferensiasi sexual. Pada manusia larva dalam kista dapat bertahan sampai beberapa bulan/tahun, dan ukurannya dapat menjadi 10 X semula ( kurang lebih 1 mm).

Dalam satu kista umumnya berisi satu larva Otot yang mengandung kista berisi larva hidup ini infektif untuk host lain yang memakannya.

Satu siklus hidup dapat terjadi dalam tubuh satu host, jadi satu host dapat menjadi definitif host dan intermediate host sekaligus. Sedangkan untuk melanjutkan dan melengkapi siklus hidupnya membutuhkan paling sedikit dua host.

Daging yang mengandung kista berisi larva, dimakan host A Daging dimakan oleh host B, siklus akan berlanjut lagi.

Dalam lambung kista pecah, larva keluar menuju duodenum dan tumbuh menjadi dewasa dalam mukosa duodenum kurang lebih dalam dua hari

Larva ikut aliran darah Fertilisasi sampai ke otot. Larva membentuk kista dalam otot bergaris.

Cacing jantan mati, cacing betina melahirkan larva menembus dinding usus.

Gejala-Gejala Trichinosis Perubahan patologis dan gejala klinis dapat dibagi dalam tiga tahap/fase :

1. Tahap invasi/incubasi.

Tahap /fase invasi (fase incubasi) : - Berlangsung selama 5-7 hari - Excystasi larva yang tertelan kemudian keluar dari kistanya menyebabkan iritasi dan keradangan pada dinding mucosa duodenum dan jejunum di tempat larva yang baru mengalami existasi tadi menembus dinding usus. Gejala yang timbul adalah nausea, formiting colic, dysentry dan keringat dingin jadi mirip dengan gejala keracunan makanan.

2. Tahap migrasi larva.

Tahap/fase larviposition dan migrasi larva :

- Adanya larva yang lahir, migrasi dan infiltrasi larva ke dalam otot menimbulkan gejala- gejala nyeri otot, menunjukkan adanya peradangan otot.

- Sering didapatkan kesukaran bernafas, mengunyah, menelan dan berbicara dan paralysa spastik dari otot.

- Ini terjadi kurang lebih setelah hari ketujuh sampai kesepuluh, sampai terjadinya kista.

- Gejala2 lain yang dapat timbul seperti :

* Suhu badan yang meningkat dan remitten.

* Timbulnya rash pada kulit dan urticaria.

* Nyeri otot dan pembengkakan kelenjar parotis, mirip gejala parotitis.

* Oedema palpebra.

- Pada pemeriksaan darah menujukkan adanya leucositosis dengan hiper eosinophilia.

3. Tahap encystasi dan penyembuhan jaringan.

Tahap/fase Encystasi : - Fase kritis dari penyakit bisa menunjukkan oedema toxic atau dehidrasi yang extrim. Pada kasus yang jelas mula-mula menunjukkan gejala pulsasi nadi yang cepat dan kuat lalu mendadak turun dan penderita nampak cyanosis. - Dengan terbentuknya kista, larva dapat bertahan hidup sampai bertahun-tahun. Bila terjadi penyembuhan akan terjadi pengapuran dalam lapisan otot atau di tempat terbentuknya kista. - Kista yang terbentuk di otak dapat menimbulkan gejala-gejala neurologis. Walaupun demikian pada beberapa kasus tak dijumpai gejala-gejala seperti di atas.

Siklus Hidup Trichinella spiralis

Diagnosis Trichinella spiralis

Larva Trichinella spiralis

Diagnosis Trichinella spiralis bervariasi tergantung pada tahap kehidupannya: cacing dewasa dan larvanya memiliki habitat yang berbeda dalam tubuh inang.

  1. Cacing Dewasa (Usus Halus):

    • Habitat: Cacing dewasa Trichinella spiralis hidup di usus halus.

    • Metode Diagnosis:

      • Pemeriksaan tinja tidak efektif untuk mendeteksi Trichinella spiralis karena cacing dewasa jarang melepaskan telur yang terbawa tinja.

      • Tes Serologi: Tes seperti ELISA digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap Trichinella spiralis dalam darah, menandakan adanya infeksi.

  2. Larva (Otot Rangka):

    • Habitat: Larva Trichinella spiralis terenkapsulasi dalam otot rangka.

    • Metode Diagnosis:

      • Biopsi Otot: Pengambilan sampel otot untuk memeriksa adanya larva yang terenkapsulasi, merupakan metode diagnosis yang paling pasti.

      • Tes Serologi Tambahan: Tes ELISA atau Western blot dapat mendeteksi antibodi spesifik, menandai infeksi larva.

Pengobatan Trichinella Spiralis

Pengobatan - Sampai sekarang obat yang dikenal paling efektif adalah Thiabendazole. - Corticosteroid dan analgetika bisa juga diberikan untuk meringankan gejala. Prevensi - Daging yang hendak dikonsumsi sebaiknya selalu diperiksa lebih dahulu, terutama daging babi. - Memasak daging baik-baik sebelum dihidangkan untuk dimakan.

Soal Benar-Salah tentang Trichinella spiralis

  1. Trichinella spiralis hanya ditemukan pada manusia. (SALAH)

  2. Pemeriksaan tinja adalah metode terbaik untuk mendeteksi infeksi Trichinella spiralis. (SALAH)

  3. Biopsi otot dapat digunakan untuk mendeteksi larva Trichinella spiralis dalam otot. (BENAR)

  4. Deteksi serologis dapat memberikan indikasi adanya infeksi Trichinella spiralis. (BENAR)

  5. Semua infeksi Trichinella spiralis menghasilkan gejala klinis yang parah. (SALAH)

  6. Gejala infeksi Trichinella spiralis selalu muncul secara dramatis dan mudah dikenali. (SALAH)

Kalajengking

Morfologi Kalajengking

Klasifikasi dan Morfologi Scorpion

Kalajengking termasuk kelas Arachnida, ordo Scorpiones. Terdapat sekitar 2.000 spesies di seluruh dunia dengan variasi ukuran, warna, dan pola.

Ciri khas mereka adalah tubuh yang terdiri dari prosoma (bagian depan) dan opisthosoma (bagian belakang), dengan 4 pasang kaki dan ekor beracun.

Adaptasi Unik

  • Sensor peka di ujung ekor

  • Kemampuan mendeteksi pergerakan

  • Cakar dan sisir untuk menangkap mangsa

Habitat dan Siklus Hidup

Kalajengking ditemukan di gurun, hutan, dan padang rumput. Mereka menyukai tempat gelap dan lembab seperti di bawah batu atau dalam celah dinding.

Berkembang biak secara ovovivipar, di mana telur menetas di dalam tubuh betina dan bayi langsung dilahirkan.

Karakteristik Hidup

  • Hewan nokturnal

  • Aktif berburu di malam hari

  • Mangsa: serangga, laba-laba, kadal kecil

Bahaya terhadap Manusia

Sengatan kalajengking mengandung neurotoksin berbahaya. Efek bisa dari rasa sakit lokal hingga komplikasi mengancam nyawa.

Kelompok berisiko tinggi: anak-anak, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan lemah.

Fakta Mengejutkan

Sekitar 3.250 kematian akibat sengatan kalajengking terjadi setiap tahun di seluruh dunia.

Pencegahan Sengatan

  • Hindari menyentuh kalajengking secara langsung

  • Gunakan alat bantu seperti tang saat memindahkan

  • Periksa area gelap dan lembab di sekitar rumah

  • Kenakan sepatu bot dan sarung tangan di area berisiko

  • Segera rawat luka sengatan

  • Bawa ke rumah sakit jika terjadi gejala serius

Kista Cysticercus Taenia Solium

Preparat Kista Cysticercus Cellulose

Cysticercus cellulosae sebagai parasit pada otot manusia:

Definisi: Cysticercus cellulosae adalah stadium larva dari cacing pita Taenia solium. Manusia terinfeksi ketika menelan telur T. solium, biasanya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses yang mengandung telur. Larva kemudian berkembang menjadi kista di berbagai jaringan tubuh, termasuk otot, otak, dan mata. Kista ini menyebabkan penyakit yang disebut kistiserkosis.

Diagnosis: Diagnosis kistiserkosis biasanya dilakukan dengan pencitraan medis, seperti CT scan atau MRI, untuk mendeteksi kista di jaringan. Pemeriksaan serologi (mendeteksi antibodi terhadap T. solium) juga dapat membantu konfirmasi diagnosis.

Pencegahan: Pencegahan infeksi Cysticercus cellulosae berfokus pada pencegahan infeksi Taenia solium. Ini termasuk memasak daging babi hingga matang sempurna, mencuci tangan secara menyeluruh setelah kontak dengan feses dan tanah, serta sanitasi yang baik untuk mencegah kontaminasi makanan dan air.

Pengobatan: Pengobatan kistiserkosis biasanya melibatkan obat antiparasit seperti albendazole atau praziquantel untuk membunuh larva. Dalam beberapa kasus, terutama jika kista terletak di otak atau menyebabkan gejala serius, pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat kista.

Soal Benar/Salah:

  1. Cysticercus cellulosae adalah cacing pita dewasa. Jawaban: Salah. Ia adalah stadium larva.

  2. Kistiserkosis dapat mempengaruhi otak. Jawaban: Benar.

  3. Makan daging babi yang kurang matang dapat menyebabkan infeksi Cysticercus cellulosae. Jawaban: Benar.

  4. CT scan tidak berguna untuk mendiagnosis kistiserkosis. Jawaban: Salah. CT scan adalah metode diagnostik penting.

  5. Albendazole adalah contoh obat antiparasit yang digunakan untuk mengobati kistiserkosis. Jawaban: Benar.

  6. Mencuci tangan dengan baik tidak berperan dalam mencegah infeksi Cysticercus cellulosae. Jawaban: Salah. Higiene yang baik merupakan pencegahan yang penting.

Rostellum dan scolex yang nampak pada kista sistiserkus.

Tripanosoma sp.

Tripanosoma sp.

Trypanosoma merupakan genus protozoa parasit yang menyebabkan berbagai penyakit pada manusia dan hewan. Trypanosoma yang berpengaruh pada otot manusia, akan diulas bagaimana morfologi, mekanisme patogenesisnya, pencegahan, dan pengobatannya.

Morfologi:

Trypanosoma memiliki bentuk unik, seperti bentuk cerutu dengan satu flagellum yang keluar dari tubuhnya. Spesies yang berbeda dapat menunjukkan variasi bentuk dan ukuran. Contohnya, Trypanosoma cruzi (penyebab penyakit Chagas) memiliki bentuk yang lebih pleomorfik dibandingkan dengan Trypanosoma brucei (penyebab penyakit tidur Afrika). (Gambar mikroskopis T. cruzi dan T. brucei akan ditampilkan di sini).

Tripanosoma gambiense

Penyakit yang Disebabkan:

  • Penyakit Chagas (Trypanosoma cruzi): Meskipun terutama menyerang jantung dan sistem pencernaan, T. cruzi juga dapat menyebabkan miokarditis (peradangan otot jantung) dan mialgia (nyeri otot).

  • Penyakit Tidur Afrika (Trypanosoma brucei): Meskipun tidak secara langsung menyebabkan kerusakan otot, infeksi T. brucei dapat menyebabkan kelemahan otot yang signifikan karena efek sistemik pada tubuh, termasuk kerusakan sistem saraf.

Vektor:

  • Penyakit Chagas: Ditularkan oleh serangga penghisap darah dari genus Triatoma (serangga penghisap darah atau "chinche").

  • Penyakit Tidur Afrika: Ditularkan oleh lalat tsetse (Glossina spp.).

Patogenesis (Mekanisme Infeksi dan Efek pada Otot):

  • T. cruzi menginvasi sel otot melalui proses fagositosis. Parasit kemudian bereplikasi di dalam sel, menyebabkan kerusakan sel dan peradangan. Miokarditis pada penyakit Chagas dapat menyebabkan disfungsi jantung dan gagal jantung. Nyeri otot pada penyakit Chagas mungkin karena peradangan dan kerusakan jaringan otot.

  • T. brucei terutama memengaruhi sistem saraf, sehingga efek pada otot bersifat tidak langsung. Kelemahan otot dan kelumpuhan dapat terjadi karena kerusakan saraf yang mengganggu fungsi otot.

Tripanosoma pada microscope

Pencegahan:

Pencegahan penyakit Trypanosoma bergantung pada pengendalian vektor. Ini termasuk penggunaan insektisida, perbaikan rumah untuk mencegah masuknya vektor, dan edukasi masyarakat mengenai pencegahan gigitan vektor. Screening darah juga penting untuk mendeteksi dan mencegah penularan melalui transfusi darah.

Pengobatan:

Pengobatan untuk penyakit Trypanosoma sangat bervariasi, tergantung pada spesies yang terlibat dan stadium penyakit. Benznidazole dan nifurtimox digunakan untuk mengobati penyakit Chagas, tetapi efek sampingnya dapat signifikan. Pengobatan penyakit tidur Afrika menggunakan obat-obatan seperti suramin dan melarsoprol, tetapi juga memiliki efek samping yang potensial.

Kesimpulan:

Trypanosoma menyebabkan penyakit yang signifikan yang dapat memengaruhi otot manusia. Pencegahan melalui pengendalian vektor sangat penting, dan pengobatan dini dapat meningkatkan hasil pengobatan.

Soal Benar/Salah:

  1. Trypanosoma cruzi ditularkan melalui gigitan lalat tsetse. Jawaban: Salah.

  2. Penyakit Chagas dapat menyebabkan miokarditis. Jawaban: Benar.

  3. Tidak ada pengobatan yang efektif untuk penyakit tidur Afrika. Jawaban: Salah.

  4. Pencegahan gigitan serangga dapat membantu mencegah penyakit Chagas. Jawaban: Benar.

  5. Semua spesies Trypanosoma menyebabkan kerusakan otot secara langsung. Jawaban: Salah.

Cyclops dan Perannya sebagai Hospes Perantara Dracunculus medinensis

cyclops

Cyclops dan perannya dalam infeksi parasit, meskipun perlu ditegaskan bahwa Cyclops itu sendiri tidak menginfeksi otot manusia secara langsung. Cyclops adalah krustasea kecil yang bertindak sebagai inang perantara bagi beberapa cacing parasit. Yang paling relevan dalam konteks ini adalah Dracunculus medinensis, penyebab drakunkulosis (penyakit cacing Guinea). Meskipun D. medinensis tidak secara utama menyerang otot, infeksi dapat menyebabkan komplikasi yang memengaruhi jaringan sekitar.

Siklus Hidup Dracunculus medinensis:

  1. Manusia terinfeksi dengan meminum air yang mengandung Cyclops yang terinfeksi larva D. medinensis.

  2. Di dalam usus manusia, larva dilepaskan dan berkembang menjadi cacing dewasa.

  3. Cacing betina dewasa bermigrasi ke jaringan subkutan (di bawah kulit), biasanya di ekstremitas bawah.

  4. Setelah satu tahun, cacing betina dewasa akan muncul di permukaan kulit, menyebabkan ulserasi dan rasa sakit yang hebat.

  5. Cacing betina akan melepaskan larvanya ke dalam air melalui ulserasi tersebut.

  6. Larva kemudian menginfeksi Cyclops, memulai kembali siklus hidup.

Nama Penyakit: Drakunkulosis (penyakit cacing Guinea)

Diagnosis: Diagnosis drakunkulosis didasarkan pada gejala klinis, yaitu munculnya cacing dewasa di bawah kulit. Pemeriksaan fisik dengan melihat cacing yang muncul di permukaan kulit sudah cukup untuk menegakkan diagnosis.

Pencegahan: Pencegahan drakunkulosis berfokus pada pencegahan konsumsi air yang terkontaminasi. Hal ini dapat dilakukan melalui penyaringan air, merebus air, atau penggunaan metode alternatif untuk mendapatkan air minum yang aman. Pengendalian vektor Cyclops juga penting, meskipun hal ini lebih kompleks.

Pengobatan: Pengobatan drakunkulosis melibatkan pengambilan cacing dewasa secara perlahan dan hati-hati dari bawah kulit. Proses ini harus dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih agar tidak menyebabkan komplikasi. Tidak ada obat yang membunuh cacing dewasa di dalam tubuh manusia.

Soal Benar/Salah:

  1. Cyclops langsung menginfeksi otot manusia. Jawaban: Salah. Cyclops adalah inang perantara.

  2. Drakunkulosis disebabkan oleh Dracunculus medinensis. Jawaban: Benar.

  3. Cacing dewasa D. medinensis biasanya ditemukan di jantung. Jawaban: Salah. Mereka ditemukan di bawah kulit.

  4. Merebus air minum dapat membantu mencegah drakunkulosis. Jawaban: Benar.

  5. Ada obat untuk membunuh cacing dewasa D. medinensis di dalam tubuh. Jawaban: Salah. Pengobatan melibatkan pengangkatan fisik cacing.

  6. Cyclops adalah jenis bakteri. Jawaban: Salah. Cyclops adalah krustasea

Dermacentor andesoni

Dermacentor Andersoni

Dermacentor andersoni

Dermacentor andersoni dan perannya dalam penularan penyakit, meskipun perlu ditekankan bahwa kutu ini sendiri tidak secara langsung menginfeksi otot manusia. Dermacentor andersoni adalah vektor penting untuk Rocky Mountain Spotted Fever (RMSF), yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia rickettsii. Meskipun RMSF dapat menyebabkan nyeri otot (mialgia) sebagai salah satu gejalanya, infeksi utama bakteri ini tidak terfokus pada otot.

Siklus Hidup Dermacentor andersoni:

Kutu ini mengalami metamorfosis lengkap, dengan tahapan larva, nimfa, dan dewasa. Mereka memakan darah pada berbagai inang, termasuk hewan pengerat, unggas, dan mamalia besar. Kutu dewasa dapat menularkan R. rickettsii pada manusia selama proses menghisap darah.

Nama Penyakit: Demam Bercak Rocky Mountain (RMSF)

Diagnosis: Diagnosis RMSF didasarkan pada riwayat gigitan kutu, gejala klinis (demam, ruam, nyeri otot, sakit kepala), dan pemeriksaan laboratorium (serologi). Tes serologi mendeteksi antibodi terhadap R. rickettsii.

Pencegahan: Pencegahan RMSF terutama berfokus pada pencegahan gigitan kutu. Hal ini dapat dilakukan dengan:

  • Menggunakan pakaian pelindung saat berada di daerah yang berpotensi terdapat kutu.

  • Menggunakan repelan kutu.

  • Memeriksa tubuh secara teratur setelah berada di daerah yang berpotensi terdapat kutu.

  • Membersihkan area yang mungkin menjadi habitat kutu.

Pengobatan: RMSF diobati dengan antibiotik, seperti doxycycline atau tetracycline. Pengobatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.

Soal Benar/Salah:

  1. Dermacentor andersoni secara langsung menginfeksi otot manusia. Jawaban: Salah. Ia merupakan vektor penyakit.

  2. Demam Bercak Rocky Mountain disebabkan oleh Rickettsia rickettsii. Jawaban: Benar.

  3. Nyeri otot adalah gejala umum RMSF. Jawaban: Benar.

  4. RMSF dapat diobati dengan obat antiparasit. Jawaban: Salah. Diobati dengan antibiotik.

  5. Menggunakan repelan kutu dapat membantu mencegah RMSF. Jawaban: Benar.

  6. Tidak ada komplikasi yang terkait dengan RMSF. Jawaban: Salah. Komplikasi serius dapat terjadi jika tidak diobati.

Next
Next

Miasis pada Manusia