Miasis pada Manusia

Miasis adalah infestasi larva lalat pada jaringan manusia atau hewan yang masih hidup. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, tergantung pada spesies lalat dan lokasi infestasi.

Larva Chrysomya bezziana

KARAKTERISTIK KLINIS BERDASARKAN SPESIES

  1. Myiasis Obligat:

    • Larva membutuhkan jaringan hidup

    • Lebih invasif dan merusak

    • Contoh: Chrysomya bezziana

  2. Myiasis Fakultatif:

    • Larva biasanya hidup di jaringan mati

    • Dapat menginfestasi jaringan hidup

    • Contoh: Lucilia sericata

  3. Myiasis Aksidental:

    • Larva tertelan atau masuk ke tubuh secara tidak sengaja

    • Biasanya tidak berkembang dalam jaringan

    • Contoh: berbagai spesies Muscidae ( Musca domestica)

Spesies Umum Penyebab Miasis pada Manusia:

Beberapa spesies lalat yang umum menyebabkan miasis pada manusia antara lain:

  • Dermatobia hominis (Lalat Bot Manusia): Umum di Amerika Tengah dan Selatan. Larva biasanya menginfestasi kulit. https://www.youtube.com/watch?v=XuZwUkjNVaI

  • Cordylobia anthropophaga (Lalat Tumbuh): Ditemukan di Afrika sub-Sahara. Larva berkembang di bawah kulit.

  • Cochliomyia hominivorax (Lalat Sekrup): Umum di Amerika. Larva menginfestasi luka terbuka dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang parah.

  • Lucilia sericata (Lalat Hijau): Tersebar luas. Larva biasanya menginfestasi luka yang terkontaminasi. Spesies ini juga terkadang digunakan dalam terapi larva debridemen untuk membersihkan luka.

  • Wohlfahrtia magnifica (Lalat Wohlfahrt): Ditemukan di Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Timur Tengah. Larva dapat menginfestasi berbagai rongga tubuh, termasuk hidung, telinga, dan mata.

  • Chrysomya bezziana

    di Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Larvanya dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang signifikan..

Siklus Hidup:

Siklus hidup lalat penyebab miasis umumnya melibatkan tahapan telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat betina biasanya bertelur pada jaringan yang sesuai, seperti luka terbuka atau kulit yang lembab. Telur menetas menjadi larva, yang kemudian memakan jaringan inang. Setelah mencapai ukuran tertentu, larva akan keluar dari inang dan masuk ke tahap pupa di tanah. Akhirnya, pupa berkembang menjadi lalat dewasa dan siklus dimulai kembali.

Morfologi Larva:

Morfologi larva bervariasi tergantung pada spesiesnya. Namun, secara umum, larva lalat penyebab miasis berbentuk silinder, meruncing di bagian anterior (kepala) dan tumpul di posterior. Mereka memiliki kait mulut untuk makan dan spirakel posterior untuk bernapas. Identifikasi spesies yang tepat biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopis.

Pengobatan:

Pengobatan miasis umumnya melibatkan:

  • Ekstraksi Larva: Larva dapat diangkat secara manual dengan pinset atau forceps setelah diolesi petroleum jelly untuk menghalangi spirakelnya.

  • Ivermectin: Obat oral atau topikal ini dapat efektif melawan beberapa spesies larva.

  • Antibiotik: Antibiotik dapat diberikan untuk mencegah atau mengobati infeksi sekunder.

  • Perawatan Luka: Perawatan luka yang tepat penting untuk mencegah infestasi lebih lanjut dan mempercepat penyembuhan.

Pencegahan:

Pencegahan miasis meliputi:

  • Menjaga kebersihan luka.

  • Menutup luka dengan perban yang tepat.

  • Menghindari area di mana lalat penyebab miasis umum ditemukan.

  • Menggunakan kelambu

KLASIFIKASI

  1. Berdasarkan Lokasi:

    • Myiasis Mata (Oftalmomiasis)

    • Myiasis Kulit (Kutaneus)

    • Myiasis Hidung

    • Myiasis Telinga

    • Myiasis Urogenital/Saluran Kencing

MANIFESTASI KLINIS

  1. Gejala Umum:

    • Rasa tidak nyaman di area terinfestasi

    • Pembengkakan

    • Keluarnya larva

    • Perdarahan

    • Infeksi sekunder

Infestasi larva lalat pada tungkai

EPIDEMIOLOGI

Faktor Risiko:

  • Status sosial ekonomi rendah

  • Area pedesaan

  • Higiene buruk

  • Pekerjaan berisiko tinggi

Distribusi:

  • Lebih sering pada wanita (53%)

  • Anak-anak berisiko tinggi

  • Prevalensi tinggi di daerah tropis

DIAGNOSIS

  1. Anamnesis teliti

  2. Pemeriksaan fisik

  3. Identifikasi larva

  4. Pemeriksaan penunjang sesuai lokasi

KOMPLIKASI

  • Kerusakan jaringan lokal

  • Infeksi sekunder

  • Komplikasi sesuai lokasi (mis: kebutaan pada oftalmomiasis)

PROGNOSIS

  • Umumnya baik dengan penanganan tepat

  • Tergantung lokasi dan tingkat keparahan

  • Pencegahan infeksi sekunder penting

Catatan Penting:

  • Kasus di Indonesia masih kurang terdokumentasi

  • Perlu peningkatan kesadaran tenaga medis

  • Penting untuk diagnosis dini dan penanganan tepat

  • Edukasi masyarakat tentang pencegahan sangat krusial

Previous
Previous

Parasit pada Otot

Next
Next

Siphonaptera, Orthoptera, Coleoptera, Hymenoptera, Lepidoptera Penyebab Kelainan Kulit