Trikomoniasis

Trikomoniasis (Trichomoniasis) termasuk dalam penyakit menular seksual yang disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis. Penyakit ini banyak ditemukan pada populasi wanita seiring dengan bertambahnya usia. Trichomoniasis juga juga sering ditemukan pada individu dengan banyak pasangan seksual, dan pada individu yang memiliki infeksi menular seksual lainnya. Secara umum, infeksi T. vaginalisdapat meningkatkan risiko penularan HIV, penularan infeksi menular seksual lainnya, komplikasi kehamilan, dan penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease).

Secara morfologi, T. vaginalistampak sebagai protozoa dengan 4 buah cambuk (flagella) di satu ujungnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Pada tubuh manusia, parasit ini seringkali ditemukan di saluran kencing laki-laki dan perempuan, dan pada vagina. Gejala dapat muncul 5-28 hari sejak transmisi pertama. Selain peradangan di area kelamin, gejala lain yang dapat muncul antara lain kemerahan dan rasa gatal di area kelamin, nyeri saat berkemih, dan keluarnya cairan (duh) kuning kehijauan berbau busuk dari lubang kencing. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan mani menggunakan mikroskop, kultur, dan nucleic acid amplification test(NAAT).

Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat metronidazole. Pengobatan sebaiknya dilakukan pada seluruh pasangan seksual untuk pencegahan transmisi.

Trichomonas vaginalis

Trichomonas vaginalis adalah parasit anaerobik bergerak dengan flagella yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1836 oleh Donne´ (Donne, 1836) yang menemukannya pada sekret vagina wanita yang mengalami keputihan. Saat ini T. vaginalis paling banyak ditemukan di negara-negara industri (Soper, D (2004) dengan prevalensi yang sama antara pria dan wanita. Sekitar 160 juta kasus infeksi dilaporkansetiap tahun di seluruh dunia (Harp, dkk, 2011).

Morfologi

Berbentuk buah pir (pear-shaped) atau ovoid dengan panjang 10–30 μm dan lebar 5–10 μm dan mempunyai membrane bergelombang (undulating membrane) yang menempel pada costa yang terletak di separuh badan bagian anterior dan berfungsi untuk pergerakan.

Parasit ini mempunyai 4 flagella anterior yang juga berfungsi untuk pergerakan, dan 1 flagella menempel pada undulating membrane. Sebuah axostyle prominent yang berasal dari bagian anterior menjuntai kebagian posterior badan hingga menyerupai ekor (tail) yang digunakan untuk melakukan invasi ke epitel host (Ryan KJ, 2004). Cytoplasm mengandung siderophillic granules yang terkonsentrasi disepanjang axostyle dan costa. Parasit ini mempunyai gerakan cepat patah patah (jerky) dan berdenyut (twitching type movement)

Habitat

Pada wanita, parasit ini hidup di vagina dan servix dan bisa juga ditemukan di glandula Bartholini, urethra maupun urinary bladder. Pada laki laki ditemukan terutama pada urethra bagian anterior, tapi mungkin juga ditemukan di prostate dan preputial sac.

Transmisi

Bentuk trophozoite dari T. vaginalis tidak dapat bertahan diluar host sehingga harus ditransfer langsung dari satu host ke host lainnya (person to-person). Transmisi melalui hubungan sexual merupakan cara transmisi tersering dan dapat ditemukan bersama sama (co-existed) dengan penyakit menular sexual lainnya seperti gonorrhea, syphillis, atau human immunodeficiency virus (HIV). Bayi bisa mengalami infeksi melalui persalinan per-vagina.

Daur hidup

T. vaginalis hanya mempunyai bentuk trophozoite dan menyelesaikan daur hidupnya pada satu host (parasit monoksen), baik laki laki maupun wanita. Trophozoite membelah diri dengan cara longitudinalbinary fission. T. vaginalis tidak mempunyai mitochondria sehingga membutuhkan enzim dancytochromes untuk proses oxidative phosphorylation. Nutrient yang berasal dari host ditranspor langsung melalui membrane maupun dengan proses fagositosis. Meskipun tidak mempunyai kista, parasit ini dapat hidup hingga 24 jam pada urine, cairan semen, dan air.

Patogenesis dan gejala

Masa inkubasi setelah terinfeksi adalah 4-28 hari (rata rata 10 hari). T. vaginalis yang masuk ke saluran urogenital akan melakukan adhesi dengan sel epitel skuamosa. Kemampuan adhesi ini dipengaruhi oleh faktor waktu, suhu dan pH (Arroyo R, 1992). Pada wanita, spektrum klinik dari trichomoniasis bervariasi dari asymptomatic carrier hingga gambaran vaginitis berat. Gejala klasik T. vaginalis pada wanita adalah keputihan yang disertai rasa gatal, nyeri berkemih dan nyeri daerah supra pubis. Secret vagina biasanya berwarna putih kehijauan (purulent), berbusa dan berbau tajam. Pada 20% kasus dapat ditemukan strawberry cervix yang ditandai dengan lesi berbentuk bintik bintik kemerahan (punctate hemorrhagic lesions) akibat inflamasi (Petrin D, 1998). Pada laki laki infeksi T. vaginalis umumnya asymptomatic atau kadang kadang ada keluhan nyeri berkemih ringan, urethritis, epididymitis, dan prostatitis.

Komplikasi

Infeksi T. vaginalis pada wanita dapat menyebabkan komplikasi pada wanita hamil seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan kematian janin dalam rahim. Predisposisi untuk mengalami infeksi infeksi HIV, AIDS , gonorrhea, dan kanker leher rahim (Schwebke JR, 2004).

Trichomonas vaginalis yang terdapat pada saluran kemih, saluran tuba, dan panggul juga telah dilaporkan dapat menyebabkan pneumonia, bronkitis, dan lesi oral. Kondom efektif dalam mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya dapat mencegah, transmisi (WHO, 2007). Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya hubungan antara infeksi T. vaginalis pada pria dan kanker prostat (Stark JR, et al. 2009)

Pemeriksaan mikroskopik

Pergerakan Trichomonas yang seperti meloncat lencat dan berdenyut dapat terlihat pada pemeriksaan langsung cairan vagina atau urethra dengan menggunakan larutan garam fisiologi. Pemeriksaan dengan

cara ini relatif mudah dan murah, namun sensitifitasnya antara 38-72 persen dan ini dipengaruhi oleh lamanya T.vaginalis diluar host (Ohlemeyer C, et al, 1998). Pada laki laki cairan yang dapat diperiksa adalah urine dan sekresi prostat. Untuk pemeriksaan mikroskopik tidak langsung digunakan pewarnaan acridine orange, papanicolaou, dan Giemsa dengan terlebih dahulu difiksasi dengan polyvinyl alcohol (PVA).

Biakan

Pemeriksaan biakan (culture) merupakan standar baku (gold standard) dengan tingkat sensitifitas 95% (Ohlemeyer C, et a1., 1998 dan Sood M, et al., 2007) dan direkomendasikan ketika hasil pemeriksaan mikroskopik negatif namun gejala positif. T. vaginalis dapat tumbuh dengan baik pada kondisi anaerobik bersuhu 35°–37°C, pH 5.5–6.0 dengan berbagai media. Cysteine-peptone-liver-maltose (CPLM) medium and plastic envelope medium (PEM) adalah media yang sering digunakan.

Serologi dan metode molekular

Metode enzyme linked immune sorbent assay (ELISA) dengan antibodi monoclonal untuk mendeteksi antigen 65-KDA surface polypeptide T. vaginalis dapat dilakukan pada pada apusan vagina. Deteksi DNA

T.vaginalis dengan metode hibridisasi maupun PCR sangat sensitif (97%) dan spesifik (98%) (Lossick JG 1991).

Penatalaksanaan

Dosis tunggal Metronidazole 2 per oral atau 2 x 500 mg per hari selama 7 hari merupakan pilihan utama.

Dosis dapat ditingkatkan pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap Metronidazole dosis standar atau diganti dengan pemberian parenteral (Nanda N, 2006). Untuk wanita hamil, Metronidazol aman diberikan pada trimester kedua dan ketiga. Pasangan dari penderita harus diobati bersama sama untuk menghindari efek bola ping-pong.

Pencegahan

Kontak sexual beresiko seperti berganti ganti pasangan harus dihindari.

Disadur dari.

PARASIT PADA ORGAN UROGENITALIA DAN PARASIT YANG MENGGANGGU KEHAMILAN

Author dr. Sitti Wahyuni, PhD, Dipl.Trop Epid

Previous
Previous

Schistosomiasis

Next
Next

Blog Post Title Four