Schistosomiasis
Schistosomiasis yang juga dikenal sebagai bilharziasis adalah penyakit tropis terabaikan yang disebabkan oleh cacing pipih parasit (cacing darah) dari genus Schistosoma,mempunyai morbiditas yang cukup besar di bagian Timur Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara dan, khususnya, di sub-Sahara Afrika. Schistosomiasis mempengaruhi hampir 240 juta orang di seluruh dunia, dan lebih dari 700 juta orang tinggal di daerah endemik. Infeksi ini sering dijumpai di daerah tropis dan sub-tropis, di lingkungan tanpa air minum dan sanitasi yang memadai. Sebagian besar infeksi manusia disebabkan oleh Schistosoma mansoni, S. haematobium, atau S. japonicum
SCHISTOSOMIASIS HAEMATOBIUM
ETIOLOGI.
Schistosoma haematobium (Bilharz, 1852) Weiland, 1858
EPIDEMIOLOGI.
Schistosoma haematobium mi merupakan trematoda darah vesicalis yang dapat menimbulkan schistosomiasis vescicalis, schistosomiasis haematobia, vesical atau urinary bilharziasis, schistosomiasis hematuria. Infeksi S. haematobium sering terjadi di lembah hulu Sungai Nil, meliputi bagian besar Afrika termasuk kepulauan di pantai Timur Afrika; ujung Selatan Eropa; Asia Barat dan India.
HABITAT DAN HOSPES.
S. haematobium dewasa hidupnya terutama di pleksus vena vesicalis dan pelvic, mungkin pada aliran darah porta, vena mesenterica inferior, vena pudendalis, vena haemorrhoidalis, jarang pada venule lainnya. Hospes definitif selain manusia juga kera (Cercocebus torquatus atys), baboon (Papio doguera dan P rhodesiae), chimpanzee (Pan satirus). Hospes perantara siput air dari genus Bulinus dan Planorbarius.
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP.
Cacing jantan, gemuk, berukuran 10-15 x 0,8-1 mm. Ditutupi integumen tuberkulasi kecil, memiliki 2 batil isap berotot, yang ventral lebih besar. Di sebelah belakang batil isap ventral, melipat ke arah ventral sampai ekstremitas kaudal, membentuk kanalis ginekoporik. Persis di belakang batil isap ventral terdapat 4-5 buah testis besar. Porus genitalis tepat di bawah batil isap ventral. Cacing betina, panjang siindris, ukuran 20 x 0,25 mm. Batil isap kecil; ovarium terletak posterior dari pertengahan tubuh. Uterus panjang; sekitar 20-30 telur berkembang pada saw saat dalam uterus. Oviposisi biasa terjadi dalam venule kecil pada vesica urinaria dan pelvicus seperti venule rectalis. Tempat-tempat ektopik ditemukan pada kelenjar prostat dan jaringan subkutan lipat paha dan skrotum, jaringan kulit sekitar umbilikus, conjuctiva dan kelenjar lakrimalis. Kerusakan dinding pembuluh darah oleh telur mungkin disebabkan oleh tekanan dalam venule, tertusuk oleh duri telur dan mungkin karena zat lisis yang keluar melalui pori kulit telur sehingga telur dapat merusak dan menembus dinding pembuluh darah, menembus mukosa sampai lumen bersama darah yang keluar dari luka, keluar bersama urine terutama pada akhir miksi atau pada tinja disentri. Telur, berwarna cokiat kekuningan, memiliki duri terminal, transparan, berukuran (112-170) um x (40-70) um.
Cacing dewasa hidup di vena sekitar vesica urinaria, uterus dan daerah pelvis → telur keluar dari tubuh bersama urie → di dalam air telur menetas → keluar mirasidium → masuk ke hospes perantara → berkembang menjadi sporokista → keluar dari hospes perantara → menjadi cercaria → penetrasi ke kulit manusia → ikut sirkulasi darah → menuju jantung, paru-paru, kembali ke jantung → masuk sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di vena sekitar vesica urinaria, uterus dan daerah pelvis.
Pada siput yang sesuai, dalam 4-8 minggu terbentuk sporokista generasi pertama dan kedua, akhirnya menjadi cercaria yang setiap hari akan lolos dan tubuh siput secara berkelompok selama beberapa minggu atau bulan. Setelah meninggalkan siput, cercaria berenang aktif mencari tuan rumah. Cercaria kontak dengan kulit, air menguap, menembus kulit, ekornya dilepaskan. Keadaan hidup bebas ini, tidak lebih dari tiga hari (biasanya 24 jam atau kurang), selama dapat bertahan tidak makan. Kemudian menembus ke bawah permukaan epidermis dengan lincah dalam waktu kurang dari 30 menit. Biasanya dalam 1-2 han, larva telah sampai venule perifer, terbawa ke jantung kanan, masuk ke dalam pembuluh darah pulmoner. Menjelang dewasa membutuhkan waktu 20 hari sejak penetrasi ke dalam kulit. Mereka masuk ke dalam vena mesentenica inferior, ninggal dan matang dalam vena rektalis, akan tetapi biasanya bermigrasi melalui vena hemorrhoidalis clan v. pudendalis menuju vena vesicalis dan plexus pelvicus, mereka sampai dalam waktu 3 bulan setelah menembus kulit. Periode prepaten biasanya membutuhkan waktu antara 10-12 minggli.
GEJALA KLINIS.
Setelah kontak dengan kulit manusia, cercaria masuk ke dalam pembuluh darah kulit. Lebih kurang 5 hari setelah infeksi, cacing muda mulai menjangkau Vena Porta dan hati. Kira-kira tiga minggu setelah infeksi, pematangan cacing dimulai sejak keluarnya dari Vena Porta. Setelah infeksi 10-12 minggu, cacing betina mulai meletakkan telur pada venule. Pada schistosomiasis vesicalis, primer kerusakan jaringan pada dinding vesica urinaria, sekunder pada bagian distal ureter, organ urinarius dan -genital yang berdekatan atau rektum, dan akhirnya pada paruparu dan organ yang lebih jauh. Jika jumlah telur bartambah banyak, diinfiltrasi dan ditahan dalam janingan, menjadi pusat pembentukan pseudoabses. Abses dekat lumen vesica urinaria atau organ lain, mungkin pecah dan mengeluarkan telurnya; beranjut dengan pembentukan janingan fibrosis berakhir dengan pembentukan pseudotuberkel, akhirnya timbul fibrosis seluruh organ dengan penimbunan mineral pada mukosa dan permukaannya. Keterlibatan segmen bawah uretra dan trigonum vesicae menimbulkan obstruktif uropati dengan akibat infeksi bakteri pada bagian proksimal dari tempat penyumbatan, pielonepritis kronika dan hidroneprosis.
Efek patogen dari S. haematobium terdiri atas
(1) Reaksi lokal dan umum terhadap metabolit cacing yang sedang tumbuh dan matang,
(2)Trauma dengan perdarahan akibat telur keluar dari venule,
(3) Pembentukan pseudoabses dan pseudotuberkel mengelilingi telur terbatas pada jaringan penivaskuler dan
4) Obstruktif uropati.
Aspek klinis infeksi ini terbagi atas tiga periode, yaitu
masa inkubasi
deposisi dan ekstrusi telur
proliferasi janingan
pçrbaikan.
Peniode inkubasi atau periode prepaten,
yaitu waktu sejak serangan terhadap kulit oleh cercania sampai telur pertama kali diletakkan oleh cacing betina, sekitar 10-12 minggu. Manifestasi klinis yang- paling awal berhubungan dengan masuknya cercaria ke dalam kulit, termasuk luka akibat iritasi yang bervariasi tergantung kepada intensitas serangan cercania dan kerentanan pendenita. Dekat berakhirnya periode prepaten, terjadi gejala awal keracunan yang timbul bertahap atau tiba-tiba. Pertama kali terlihatnya telur dalam urine biasanya pasase urine tanpa rasa sakit dengan sedikit darah pada akhir miksi. Keadaan semilaten ini berlangsung beberapa bulan atau tahun tanpa gejala subjektif, tetapi akhirnya terjadi penambahan frekuensi rasa terbakar pada saat atau di antara miksi, serta meningkatnya rasa ingin -buang air kecil. Beberapa penderita mengalami gejala prodromal berupa sakit kepala, sakit punggung, lesu, demam pada sore han, dan keinginan untuk miksi diikuti rasa sakit pada pinggang, suprapubis, serta kolik vesica.
Pada pemeriksaan sitoskopis tampak khas adanya hiperplasi dan inflamasi dan membran mukosa pada segmen bawah vesica urinaria dan pertumbuhan awal papillomatus dengan nyata adanya kristal asam urat dan oxalat sekeliling telur pada mukosa vesica urinaria. Sementara itu pada jaringan perivaskuler terjadi pembentukan mikroabses dan pseudotuberkel serta pada trigonum vesicae terjadi inflamasi, penebalan, dan pada permukaan penuh partikel seperti pasir (telur). Banyak telur yang keluar pada submukosa dan muskularis, beberapa tersisa dalam venule menimbulkan proliferasi endotel, satu wäktu dapat menimbulkan trombosis. Deposisi dan ekstrusi telur, inflamasi dan pembentukan pseudotuberkel sekeliling telur diikuti
(1) Hiperplasia dan fibrosis umum dinding vesica dan ureter bagian bawah dengan perkembangan "sandy patches" pada atau dalam dinding vesica,
(2) Infeksi sekunder. Gejalanya berupa sistitis kronis. Pemeriksaan sitoskopis menjadi lebih sulit. Kalkuli pada vesica, dibentuk oleh kristal asam oxalat dan urat sekeliling telur, bekuan darab, atau bagian papillomata yang mengelupas. Obstruktif uropati menyebabkan infeksi retrograd, hidronefrosis, dan akhirnya kelemahan ginjal. Lesi yang terjadi pada laki-laki dapat sampai pada penis dan elefantiasis organ akibat penyumbatan lymphaticus scrotalis. Lesi padawanita biasanya kurang berat meskipun cervix, vagina, dan vulva mungkin dikenai. Salfingitis dan keterlibatan uterus jarang terjadi. Karena sistem urogenital keterlibatannya sangat besar bahkan dapat berakhir dengan kematian. Banyak penderita yang mengalami pertumbuhan keganasan pada vesica urinaria, biasanya pada dinding posterior, tetapi kadang-kadang pada semua organ. Peran S. haematobium sebagai penyebab carcinoma vesica urinaria masih diragukan. Sebagai tambahan, telur sampai ke vena mesenterica inferior, menimbulkan schistosomal appendisitis atau terlibatnya cecum, colon, dan terutama sekali rektum.
DIAGNOSIS.
Diagnosis spesifik hanya dapat dibuat
(1) Setelah telur dilepaskan ke dalam lumen vesica urinaria dan muncul dalam urine, atau
(2) Setelah telur dilepaskan ke dalam lumen usus dan ditemukan bersama tinja, atau (3) Dan bahan aspirasi atau biopsi yang diperoleh melalui cystoscope atau proctoscope dan diperiksa secara mikroskopik terhadap adanya telur. Immunodiagnosis umumnya hanya merupakan group specific, sering dilakukan pada kasus dengan gejala-gejala selama periode prepaten yang terlambat.
PENGOBATAN.
Obat Metrifonate (Bilarcil), organoposforus cholinesterase inhibitor, tidak efektif terhadap schistosomiasis japonica maupun mansoni, tetapi unggul terhadap pengobatan schistosomiasis vesicalis karena murah, manjur, dan mudah diterima oleh pendenita. Dosis 5-15 mg per kg berat badan diberikan dengan interval 2 minggu untuk 3 dosis membutuhkan waktu 4 minggu. Merupakan cara yang tidak menyenangkan pada pengobatan masal. Kombinasi dosis tunggal dari metrifonate 12,5 mg per kg berat badan, bersamasama niridazol 25 mg per kg berat badan sama efektifnya dengan 3 dosis metrifonate di atas. Sebagai pencegahan dapat diberikan pada daerah endemik tingg, dengan dosis 7,5 mg per kg berat badan diberikan satu kali setiap empat rninggu. Praziquantel, cukup efektifuntuk schistosomiasis vesicalis, sebaik terhadap schistosomiasis lain. Dosis yang diberikan sama dengan dosis pengobatan S. mansoni. Oxamniquine tidak efektif untuk schistosomiasis vesical. Neoplasma atau fistula merupakan indikasi pembedahan. Pada kasus yang sudah lanjut tidak mungkin rnendapat keuntungan dari pengobatan spesifik, karena telah terjadi perubahan yang besar dalam jaringan.
PENCEGAHAN.
Mengurangi sumber infeksi dari cacing mi dilakukan dengan pengobatan penderita, terutama sekali dengan cara masal di daerah endemik. Walaupun jumlah siput telah banyak berkurang dengan pengeningan yang teratur pada saluran-saluran pengairan di Egypt, beberapa di antaranya mendapat penlindungan pada celah-celah lumpur atau di bawah tumbuhan. Biarpun begitu, mereka biasanya kehilangan infeksinya selama periode tertentu dan membutuhkan reinfeksi dari sumber pada manusia sebelum mereka menimbulkan ancaman yang senius lagi; kemudian menghasilkan keturunan yang sesuai.
Hindari berenang di sungai/danau air tawar terutama di daerah yang banyak terjadi kasus schistosomiasis.
Berenang di laut atau di kolam renang yang sudah sudah diberi kaporit atau klorin aman dari schistosomiasis.
Tidak kencing sembarangan terutama di sungai .
Memasak air sampai matang sebelum diminum
Melakukan pengobatan pada penderita untuk mencegah terjadinya siklus hidup
Pencegahan penyakit schistosomiasis manusia dengan melalui tiga program, yaitu
(1) Eradikasi tuan rumah molusca, untuk paling sedikit satu siklus transmisi, dengan penanganan air dan kampanye moluscasida terutama pada daerah endemik ditujukan pada penduduknya;
(2) Perbaikan sanitasi Iingkungan untuk mengurangi kepadatan habitat siput dimana telur schistosoma dikeluarkan pada urine dan tinja manusia yang merupakan sumber infeksi untuk siput; dan
(3) Pengobatan secara efektif pada penderita, terutama carrier untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi pada air.
Disadur dari : Parasitologi Kedokteran ditinjau dari Organ Tubuh yang diserang author Djaenudin Natadisastra