Toxoplasmosis

tozoplasmosis.jpg

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktek dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi. Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya.

Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.

Dewasa ini setelah siklus hidup toxoplasma ditemukan maka usaha pencegahannya diharapkan lebih mudah dilakukan. Pada saat ini diagnosis toxoplasmosis menjadi lebih mudah ditemukan karena adanya antibodi IgM atau IgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara diagnosis maka pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita toxoplasmosis. Dengan jalan tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat kongenital, dan lahir mati yang disebabkan oleh penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. Pada akhirnya kejadian kecacatan pada anak dapat dihindari dan menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.  

Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran pencernaan,  biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agent  2  penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan daging  yang belum sempurna matangnya dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis.  Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah  yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi  karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa  daging dari rumah potong hewan. 

ETIOLOGI PENYAKIT TOXOPLASMOSIS 

Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang  hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang  disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae.  Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial  pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang  ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ  tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, paru-paru, otak, ginjal, urat daging,  jantung dan urat daging licin lainnya.  Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan  seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni.  Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjang  dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan  diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya  terletak dibagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi  peneliti-peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.  Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat  tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan  seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui  peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.  Toxoplasma gondii mudah mati karean suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat  mati karean pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad inipun ikut  mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh  hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat bertindak  sebagai penyebar toxoplasmosis. 

SIKLUS HIDUP DAN MORPOLOGI TOXOPLASMOSIS. 

Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan Ookista.  Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3 – 7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang  memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi  menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.  Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan  berukuran 10 – 100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot  rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang  berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan  dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan  siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama  feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan  mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleha hospes perantara seperti manusia,  sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk  kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk  stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang  mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut. 

 CARA PENULARAN TOXOPLASMOSIS 

Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang  mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui  tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil  yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja  dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui  jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.  Melihat cara penularan diatas maka kemungkinan paling besar untuk terkena infeksi  toxoplamosis gondii melalui makanan daging yang mengandung ookista dan yang dimasak  kurang matang. Kemungkinan ke dua adalah melalui hewan peliharaan. Hal ini terbutki bahwa di  negara Eropa yang banyak memelihara hewan peliharaan yang suka makan daging mentah  mempunyai frekuensi toxoplasmosis lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. 

 MANIFESTASI KLINIS TOXOPLASMOSIS 

Toxoplasmosis gondii yang tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus dan  difagositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi penyebaran limfogen.  Toxoplasmosis gondii akan menyerang seluruh sel berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis,  sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh telah membentuk antibodi. Pada alat tubuh seperti  susunan syaraf dan mata, zat ini tidak dapat masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi  akan terus berjalan.  Umumnya infeksi toxoplasmosis gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu  demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis limfonodosa  acuta). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa. Infeksi yang mengenai susunan syaraf  pusat menyebabkan encephalitis (toxoplasma ceebralis akuta). Parasit yang masuk ke dalam otot  jantung menyebabkan peradangan. Lesi pada mata akan mengenai khorion dan rentina  menimbulkan irridosklitis dan khorioditis (toxoplasmosis ophithal mica akuta). Bayi dengan  toxoplamosis kongenital akan lahir sehat tetapi dapat pula timbul gambaran eritroblastosis  foetalis, hidrop foetalis. 

DIAGNOSIS TOXOPLASMOSIS. 

Diagnosis toxoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan  serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita. Seperti telah diuraikan diatas,  gejala klinis sering kali meragukan dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita  bukanlah suatu hal yang mudah. Maka pemeriksaan secara serologis terhadap antibodi penderita  toxoplasmosis merupakan alat bantu diagnosis yang mudah dan baik.  Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi  spesifik yang terdapat dalam serum darah penderita. Beberapa jenis pemeriksaan serologis yang  umum dipakai ialah : Dye test Sabin Feldman, Complement Fixation test (CFT), reaksi Fluoresensi  antibodi, Indirect Hemagglutination Test dan enzym linked immunosorben assay (Elisa). Dye test  Sabin Feldman merupakan pemeriksaan yang pertama kali ditemukan. Dasar test ini yaitu  toxoplasma gondii mudah diwarnai dengan metilen blue. Tetapi bila dicampur dengan serum  kebal, maka parasit tidak dapat mengambil warna lagi karean anti bodi toxoplasma yang ada  dalam serum tersebut akan melisis parasit ini. Complement fixaton test (CFT) berdasarkan reaksi  sntigen antibodi yang akan mengikat komplement sehingga pada penambahan sel darah merah  yang dilapisi anti bodi tidak terjadi hemolisis. Reaksi fluoresensi anti bodi memakai sediaan yang  mengandung toxoplasma yang telah dimatikan. Anti bodi yang ada dalam serum akan terikat  pada parasit. Setelah ditambah antiglobulin manusia yang berlabel fluoresens. Inderect  hemaglutination test mempergunakan antigen yang diletakkan pada sel-sel darah merah, bila  dicampur dengan serum kebal menimbulkan aglutinasis. Elisa mempergunakan antigen  toxoplamosis yang diletakkan pada penyangga padat. Mula-mula diinkubasi dengan reum  penderita, kemudian dengan antibodi berlabel enzim. Kadar anti bodi dalam serum penderita  sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah ikatan antigen anti bodi dicampur dengan  substat.  Diagnosis terhadap toxoplasmosis secara mudah dapat ditegakkan dengan menemukan  anti bodi terhadap penderita terhadap serum darah penderita. Anti toxoplasma gondii kelas IgM  timbul segera setelah infeksi, dan baru mencapai puncaknya pada minggu keempat kemudian  menurun secara lambat dan tidak terdeteksi lagi setelah empat bulan. Sedang anti toxoplasma  kelas IgG dapat dideteksi setelah 3 atau 4 bulan infeksi dan akdarnya menetap sampai bertahuntahun.  Dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM, maka kita dapat mengetahaui apakah  seseorang dalam efeksi akut, rentan atau kebal tehadap toxoplasmosis. Selain seperti cara diatas  6  bisa juga dilakukan pemeriksaan histopatologis jaringan otak, sum-sum tulang belakang, kelenjar  limpe, cairan otak merupakan diagnosis pasti tetapi cara ini sulit dilakukan. 

DIAGNOSIS TOXOPLASMOSIS KONGENITAL PADA BAYI. 

Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelianan kongnital. Penyebab  kelainan kongenital karean infeksi termasuk golongan toxoplasma. Janin mulai membentuk zat  anti pada akhir trimester pertama, yang terdiri dari IgM zat anti ini biasanya menghilang setelah 1  – 3 bulan.  Zat anti IgM pada bayi didapat dari ibunya melalui plasenta. Konsentrasi IgG pada  neonatus berkurang, dan akan naik lagi bila bayi dapat mebuat IgG sendiri pada umur lebih  kurang 3 bulan. Serodiagnosis infeksi kongenital berdasarkan kenaikan jumlah zat anti IgG  spesifik atau deteksi zat anti IgM spesifik. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengingat kembali  kepentingan pemeriksaan zat anti IgG pada paired sera untuk diagnosis toxoplasmosis kongenital  bila zat anti IgG tidak ditemukan.  Kelainan klinik pada  bayi-bayi yang tersangka toxoplasmosis kongenital ini adalah merupakan trias klasik yaitu  Hidrocephalus, korioretinitis, dan perkapuran otak. Ada bayi yang hanya menunjukkan suatu  kelainan seperti hepatosplenomegali katarak, mikrosefalus, kejang, dan ada yang menunjukkan  lebih dari satu kelainan di atas.    

PENCEGAHAN TOXOPLASMOSIS 

Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci  tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan  halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66  o  C atau dibekukan pada suhu –  20  o  C. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga.  Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi  dengan toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat  bawaan.    

PENGOBATAN TOXOPLASMOSIS. 

Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan  trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-amino  asam benzoat dan siklus asam folat. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25 – 50  mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000 – 6.000 mg sehari selama  sebulan.  Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan  untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprinm juga ternyata  efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara  pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya.  Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya  kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah  2 – 4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti mengajurkan  pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2 – 3 gram sehari selama  seminggu atau 3 minggu kemudian disusl 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling  sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan  terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis. 

KESIMPULAN 

Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di  berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari  pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi  masyarakat seperti yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi masyarakat seperti  abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu  dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasma gondii akan dapat diketahui  status penyakit penderita.  Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama  akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.     

Reference

Diambil dari

Toxoplasmosis penyakit zoonosis yang perlu Di waspadai oleh ibu hamil

oleh Drh. Hiswani m.kes

Next
Next

Schistosomiasis