Siphonaptera, Orthoptera, Coleoptera, Hymenoptera, Lepidoptera Penyebab Kelainan Kulit
PINJAL, BELALANG, KUMBANG, LEBAH, SEMUT, KUPU-KUPU : SERANGGA LAIN YANG MEMPENGARUHI KULIT MANUSIA
Pinjal (Siphonaptera)
Pinjal adalah sekelompok serangga kecil tanpa sayap, berukuran 1-4 mm, dengan lebih dari 1500 spesies dan subspesies. Ciri khasnya adalah:
Ectoparasit: Hidup di permukaan tubuh inang (manusia dan hewan).
Kaki Kuat: Untuk melompat dan berpindah inang.
Metamorfosis Sempurna: Siklus hidupnya meliputi telur, larva, pupa, dan dewasa.
Penghisap Darah: Jantan dan betina dewasa menghisap darah; larva memakan debris organik.
Warna: Umumnya kuning kecoklatan.
Morfologi
Kepala: Memiliki mata, antena, dan mulut yang dimodifikasi untuk menghisap darah. Bagian mulut ini terdiri dari genal comb dan maxillary lacinia.
Thorax: Terdiri dari 3 segmen, masing-masing dengan sepasang kaki. Kaki belakangnya kuat untuk melompat.
Abdomen: Terdiri dari 8 segmen. Pada jantan, terdapat clasper untuk reproduksi.
Siklus Hidup
Pinjal mengalami metamorfosis sempurna: telur, larva, pupa, dan dewasa. Telur diletakkan di inang atau di lingkungan sekitarnya (tanah, sarang). Larva berbentuk seperti ulat dan memakan debris organik. Pupa terbungkus dalam kokon, dan akhirnya muncul sebagai pinjal dewasa.
Kepentingan Medis
Pinjal berperan sebagai vektor beberapa penyakit penting:
Pes ( Yersinia pestis): Ditularkan terutama oleh Xenopsylla cheopis, pinjal tikus.
Tifus Murin (Rickettsia typhi): Ditularkan oleh Xenopsylla cheopis dan Nosopsyllus fasciatus.
Tularemia (Francisella tularensis): Dapat ditularkan oleh beberapa spesies pinjal.
Spesies Pinjal Penting dalam Kedokteran:
Xenopsylla cheopis (Pinjal tikus oriental)
Nosopsyllus fasciatus (Pinjal tikus utara)
Ctenocephalides felis (Pinjal kucing)
Ctenocephalides canis (Pinjal anjing)
Pulex irritans (Pinjal manusia)
Pencegahan dan Pengendalian
Kebersihan Lingkungan: Membersihkan rumah dan lingkungan sekitar untuk menghilangkan tempat perkembangbiakan pinjal.
Pengendalian pada Hewan Peliharaan: Menggunakan obat anti-pinjal pada hewan peliharaan.
Insektisida: Penggunaan insektisida untuk mengendalikan populasi pinjal.
2. ORTHOPTERA (BELALANG, JANGKRIK)
Ordo Orthoptera
Ordo serangga yang meliputi belalang, jangkrik, belalang juta, kecoa, dan lipas. Kata Orthoptera berasal dari orthos yang berarti "lurus" dan pteron yang berarti "sayap".
Jangkrik
Serangga yang termasuk dalam famili belalang dan kecoa. Jangkrik memiliki ciri-ciri:
Berdarah dingin
Hidup di rerumputan, tanah lapang, dan persawahan
Suka tempat dengan suhu 20°C–32°C dan kelembaban 65%–85%
Jangkrik jantan menghasilkan suara khas dengan menggesekkan sayap depannya
Jangkrik betina tidak bisa menghasilkan suara, tetapi memiliki telinga di bagian depan
Belalang
Serangga herbivora yang memiliki ciri-ciri:
Antena lebih pendek dari tubuhnya
Ovipositor pendek
Beberapa spesies belalang menghasilkan suara dengan menggosokkan femur belakangnya ke sayap depan atau abdomen
Femur belakangnya panjang dan kuat untuk melompat
Belalang betina umumnya lebih besar dari belalang jantan
Morfologi Orthoptera
Ukuran bervariasi (2-10 cm)
Sayap belakang membranous
Kaki belakang untuk melompat
Mulut penggigit pengunyah
Contoh spesies: Gryllidae (jangkrik)
Penyakit yang ditimbulkan:
Gigitan traumatis
Reaksi alergi lokal
Dermatitis kontak
Penatalaksanaan:
Pembersihan luka
Antihistamin untuk reaksi alergi
Kompres dingin
Analgesik bila perlu
Antibiotik topikal jika ada infeksi
3. COLEOPTERA (KUMBANG)
Morfologi:
Sayap depan keras (elytra)
Sayap belakang membranous
Mulut penggigit
Contoh spesies: Paederus fuscipes (tomcat)
Penyakit yang ditimbulkan:
Dermatitis linearis
Paederus dermatitis
Vesikula dan bula
Hiperpigmentasi pasca inflamasi
Iritasi mata jika terkena
Penatalaksanaan:
Cuci area dengan air mengalir
Kortikosteroid topikal
Antihistamin oral
Kompres dingin
Hindari menggaruk
Pencegahan dengan mengurangi lampu pada malam hari
4. HYMENOPTERA (LEBAH, TAWON, SEMUT)
Morfologi:
Dua pasang sayap membranous
Alat penyengat pada betina
Antena panjang
Contoh spesies:
Apis mellifera (lebah madu)
Vespa sp. (tawon)
Solenopsis sp. (semut api)
Penyakit yang ditimbulkan:
Sengatan dengan nyeri akut
Reaksi alergi lokal
Reaksi alergi sistemik
Anafilaksis
Toxic shock syndrome (sengatan massal)
Penatalaksanaan:
Singkirkan sengat (untuk lebah)
Kompres dingin
Antihistamin oral
Kortikosteroid sistemik untuk kasus berat
Epinefrin untuk anafilaksis
Perawatan suportif
LEPIDOPTERA
Meskipun ordo Lepidoptera (kupu-kupu dan ngengat) tidak dikenal sebagai parasit langsung pada manusia seperti lalat atau kutu, beberapa spesies dapat secara tidak langsung memengaruhi kesehatan kulit. Efek ini terutama terkait dengan reaksi alergi dan iritasi, bukan infestasi langsung seperti pada miasis.
Berikut beberapa cara Lepidoptera dapat memengaruhi kulit manusia:
Dermatitis Kontak: Beberapa spesies ngengat dan kupu-kupu memiliki bulu atau sisik yang mengandung substansi alergenik. Kontak langsung dengan bulu atau sisik ini dapat memicu reaksi alergi pada kulit yang sensitif, menyebabkan dermatitis kontak. Reaksi ini dapat berupa ruam, gatal-gatal, kemerahan, dan pembengkakan. Gejala bervariasi tergantung keparahan reaksi alergi dan individu yang terkena.
Reaksi terhadap Larva (Ulat): Ulat beberapa spesies Lepidoptera memiliki bulu atau duri yang mengandung racun atau zat iritan. Kontak dengan ulat berbulu atau berduri dapat mengakibatkan reaksi berupa rasa sakit, gatal-gatal, kemerahan, bahkan lepuhan pada kulit. Beberapa spesies ulat memiliki racun yang cukup kuat untuk menyebabkan reaksi sistemik.
Reaksi terhadap Ekstrak Tanaman: Beberapa ulat Lepidoptera bersifat herbivora dan memakan tanaman tertentu. Jika manusia kontak dengan tanaman yang telah terkontaminasi oleh ekstrak tubuh ulat, hal ini dapat memicu reaksi alergi pada kulit.
Peran sebagai Vektor: Meskipun jarang, Lepidoptera dapat berperan sebagai vektor dalam transmisi penyakit kulit tertentu. Mereka dapat membawa patogen pada tubuh mereka, dan jika patogen tersebut masuk ke dalam luka terbuka pada kulit, maka dapat menyebabkan infeksi. Namun, peranan ini tidak menjadi mekanisme utama dalam kaitan dengan pengaruh Lepidoptera terhadap kulit.
PRINSIP PENCEGAHAN UMUM:
Hindari kontak langsung dengan serangga
Penggunaan insect repellent
Perbaikan sanitasi lingkungan
Penggunaan pakaian pelindung
Pencegahan khusus untuk pasien alergi
INDIKASI RUJUKAN KE UNIT GAWAT DARURAT:
Reaksi anafilaksis
Sengatan multiple
Edema luas
Sesak napas
Gejala sistemik berat
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Tes alergi untuk kasus Hymenoptera
Pemeriksaan darah lengkap
Fungsi ginjal untuk kasus sengatan massal
Kultur bila dicurigai infeksi sekunder
EDUKASI PASIEN:
Pengenalan jenis serangga berbahaya
Cara menghindari gigitan/sengatan
Pertolongan pertama
Tanda bahaya yang perlu diwaspadai
Penggunaan auto-injector epinefrin untuk pasien dengan riwayat alergi
DOKUMENTASI MEDIS:
Jenis serangga (bila teridentifikasi)
Lokasi dan waktu kejadian
Manifestasi klinis
Respon terhadap pengobatan